RadenMuhammad Abdul Jalil. Syaikh Siti Zunnar. Lahir. 1426 M - 1348 H [1] Negara Persia, Meninggal. 1517 M - 1439 H [2] Negara Indonesia. Tempat tinggal. Persia , Lemah Abang/Lemahbang, Balong, Kembang, Demak, Jawa Tengah, Indonesia. Nama lain.
Terbangun malam jam 100 , Kangen sama Syaikhina Solahudin, Kirim fatehah, lalu searching di internet ketemu ini KANJENG GURU WALI AL MUHTARAM BILLAH BAPAK KIYAI AS SYEIKH SOLAHUDDIN FATIHULLAH NOGOSARI Kanjeng Guru Wali Al Muhtaram Billah Al Murabbi Fatihullah Bapak Kiyai Haji As Syeikh Khairil Solahuddin atau Gus Yai Saladin, adalah pembawa Tarikat Syadziliyyah yang terkenal di Jawa Timur. Beliau meneruskan panji-panji ajaran ahlussunnah wal jama’ah melalui Tarikat Syadziliyyah yang diterimanya guru beliau yang dikatakan Sanad Bai’ahnya sampai pada Syeikh Abu Hasan As Syadzili. Sanad Bai’ah Tarikat Syadziliyyah Dari gurunya Syeikh Abdul Jalil dari Syeikh Mustaqim bin Husain, dari Syeikh Abdur Rozaq bin Abdillah at Turmusi, dari Syeikh Ahmad Ngadirejo, dari Syeikh Ahmad Nahrowi Muhtarom, dari Syeikh Muhammad Shoiih al Mufti, dari Syeikh Muhammad Ali bin Thohiri, dari Syeikh Al Allamah Asy Syihab Ahmad Al Adawi, dari Syeikh Al Arif Billah Muhammad Al Bahiti, dari Syeikh Yusuf Asy Syabasi Adh Dhoriri, dari Al Ustadz Sayyid Muhammad Ibnul Qosim Al Iskandary, dari Syeikh Al Allamah Sayyid Muhammad bin Abdul Baqi’ Az Zurqoni Al Maliky, dari Syeikh An Nur Ali bin Abdurrahman Al Ajhuri, dari Syeikh Al Allamah Nuruddin Ali bin Abi Bakri Al Qorofi, dari Syeikh Al Hafidh Al Burhan Jamaluddin Ibrahim bin Ali bin Ahmad Al Qurosyi, dari Syeikh Al Allamah Asy Syihab Taqiyyuddin Abil Abbas Ahmad bin Muhammad bin Abu Bakar al Muqdisi, dari Syeikh Al Allamah Shodruddin Abil Fatkhi Muhammad bin Muhammad bin Ibrahim Al Maidumi Al Bakry, dari Syeikh Al Quthubuz Zaman Sayyid Abul Abbas Ahmad bin Umar Al Anshori Al Mursi, dari Quthbul Muhaqqiqin Sulthonil Auliya As Syeikh Abil Hasan Ali Asy Syadzily. TIGA KUNCI RUHANI Ajaran Tarikat As Syadziliyyah 1. Yaqin Ikhlas Syukur YAQIN Yaqin itu sebagai lawan dari ragu-ragu, skeptic, Hipokrit Munafik dan angan angan panjang yang tak berkesudahan. Memulai sesuatu haruslah dengan rasa yaqin yang kuat, bukan yaqin pada kekuatan diri, percaya diri, rasa hebat diri, rasa unggul diri, tetapi sebaliknya adalah yaqin pada Allah Taala . Allah memiliki asma dan sifat-sifat agung yang senantiasa akrab dengan hamba-hambaNya, menghendaki kebajikan hamba dan tidak menginginkan hambaNya celaka. Seluruh protes-protes hambaNya kepada allah seputar takdir, fakta kehidupan, ketidak adilan, akhirnya hanya membuat “bungkam” para hamba, manakala hamba memahami Allah, dan mengenal Allah dengan sesungguhnya. Allah tidak pernah menzalimi para hambaNya, dan HambaNya itulah yang menzalimi dirinya sendiri, kealpaan dan kelalaian diri, telah melemparkan para hamba untuk jauh dari pertolongan dan HidayahNya. Dan ironisnya kealpaan dan kelalaian itu dinikmati oleh para hamba sebagai bentuk kebanggaan dan arogansi hidup, tanpa ia sadari telah banyak jantung hatinya terluka, sakit dan kelak hatinya mati. Allah menjadikan hambaNya yang yaqin padaNya, sebagai symbol dari ucapan, pendengaran dan langkahNya pada diri hamba itu. Dipuncak rasa yaqin Haqqul Yaqin segalanya, apapun selain allah tak berarti apa-apa, sehingga sang hamba menjadi merdeka dan bebas secara universal, benar-benar sebagai hambaNya, bukan hamba dunia dan budak nafsunya, Orang yang Yaqin kepada Allah Ta’ala, sikap dan tindakanya, bukan untuk memenuhi hasrat dirinya, tetapi memang itulah kehendak Allah, sehingga rasa khawatir, takut gelisah, trauma, iri dan dengki, egoistis, sirna dari dirinya, lalu ia begitu damai bersamaNya, begitu luas tak terhingga pandanganya. Karena gelisah, takut, kawatir hanyalah produksi hawa nafsu kita, yang harus kita lawan. Orang yang yaqin kepada Allah Ta’ala, tidak akan pernah membanggakan prestasinya, mengandalkan kinerjanya, membusungkan dadanya, karena semua itu dari Allah, bersama Allah, menuju kepada Allah. Orang yang yaqin kepada Allah, seberat apapun problem yang dihadapi, seterpuruk apapun kebangkrutan yang dialami, serendah apapun ketersungkuran sosial yang dinasibi, tidak sejengkal langkahpun ia bergeser dari rahmat allah. Karena orang yang yaqin padaNya, memandang watak dan karakter dunia, sejak dunia ada sampai besok kiamat, wataknya memang problematik, dilematik dan kasuistik. Jadi bukan sesuatu yang asing baginya. Orang yang yaqin kepada Allah, dunia akhirat akan mengikutinya, memburu dan mengejarnya. Karena hamba yang yaqin berada dalam pusat pusaran ruhani, dalam putaran kecepatan yang tak terhingga sampai dirinya serasa diam dan mandiri bersamaNya. Orang yaqin kepada Allah Ta’ala tidak pernah merasakan kehilangan massa depan sama sekali. Karena ia telah berada di masa depan itu sendiri secara hakiki. Masa depan itu sesungguhnya adalah Allah Ta’ala itu sendiri. IKHLAS Ikhlas itu pekerjaan hati, bukan matematik fikiran. Hubunganya dengan niat, bahwa apapun yang anda lakukan semuanya demi untuk Allah Ta’ala. Bukan demi diri sendiri, atau keluarga, atau kelompok. Karena itu orang yang tidak ikhlas dalam berjuang dan bekerja, serta dalam ubbudiyahnya, akan mendulang hal-hal yang negative berikut ini Manusia akan menjadi individualistis, egoistis dan sombong, karena aktivitas dunia dan akhiratnya, diperuntukan pada wilayah yang sia-sia, terbatas pada usia, terbatas pada daya tangkap fikirnya, terbatas pada kendali nafsunya. Kalau toh pun ia kelihatan sukses secara materi maupun politis, hanyalah sukses menjulang tanpa fondasi, dalam waktu dekat akan roboh, dan menimbun dirinya dengan reruntuhan nasibnya sendiri. Aktivitas orang yang tidak ikhlas, tidak memiliki manfaat kepada orang lain, berarti juga tidak menyelamatkan dirinya. Banyak orang beralibi, “Kita dulu, keluarga kita dulu, baru orang lain kita fikirkan…” ini adalah kalimat yang muncul dari orang yang tidak ikhlas dalam berbuat. Karena ia tidak percaya kepada allah yang menjamin dirinya dan keluarganya, ketika hidupnya untuk allah melalui penyelamatan ummat. Orang yang tidak ikhlas, biasanya bersifat over acting, karena over confident, atau karena keinginan berlebihan agar dipandang yang lain. Padahal sikap ini menunjukan ketidakpercayaan pada diri sendiri dan rasa kehilangan yakin pada Allah Ta’ala. Siapapun, manusia mana pun, akan muak dengan sikap-sikap tersebut, kapan bisa sukses manusia seperti ini? Aktivitas yang bukan untuk kepentingan allah, akan menyeret aktifisnya pada sikap terasing dan kesepian pada diri sendiri, lalu memunculkan sikap untuk melampiaskanya pada hal-hal negative, untuk membuang rasa sunyi dan kering yang merontangkan jiwanya. Orang yang tidak ikhlas, melahirkan kepingan – kepingan buruk bagi penerusnya, karena jiwanya berbau busuk, dan setiap orang yang mengingatnya ingin membuang dirinya. Tidak ada yang lebih merdeka dibanding orang yang ikhlas padaNya, karena ketidak ikhlasan berarti perbudakan kepada selain Allah Ta’ala. Kenapa orang yang ikhlas dihantar sukses besar? Karena Orang yang ikhlas dunia akheratnya, akan membaca cahaya bagi yang lain, dan menumbuhkan kesejukan dan ketentraman pada yang lain pula. harapan dan ketentraman adalah sebuah bangunan luhur yang menjulang, kokoh dan bermartabat. Orang akan jernih akal sehatnya, karena hatinya bening, bersih dari campur tangan kotoran kemakhluqan. Lalu ia bisa mengambil keputusan dengan benar, bijak, dan berdimensi manfaat kepada manusia lainya. Ia mengambil keputusan tanpa beban karena beban dan rasa berat adalah tumpukan nafsu yang menimbun, apapun alasanya. sukses kaum mukhlisin tidak membuat dirinya alpa, bangga dan egois, karena ia meraih apa yang diinginkan, sesungguhnya bukan karena ikhtiarnya, tetapi karena blue print Illahi yang berjalan. Ketika ia tidak meraih apa yang diinginkan, maka keterhambatan itulah hakikat pemberian yang sesunggguhnya. Sukses dan terhambat, sama-sama dari Allah Ta’ala, dan jiwa orang itu sudah mendahului menuju kepada Allah Ta’ala. ikhlas adalah pilar utama menata batin. Jika sukses muncul dalam kondisi batin yang tidak tertata, ia hanya menimbulkan istidraj covernya sukses, tapi dalamnya bencana kegagalan. Seluruh konflik individu maupun social, semata karena diawalioleh tarik menarik batin ruhani yang tidak tertata, dan ujungnya sampah belaka. orang-orang mukhlis senantiasa memberikan keteladanan, bukan pada sukses yang diraih, atau gagal yang menimpa. Tetapi keteladanan yang lebih luhur dibanding sukses dan gagal, yaitu kesuksesan dirinya dalam keteguhan istiqomah hatinya bersama Allah Ta’ala. Nilai-nilai Allah Ta’ala, dan anugrah-anugrah yang memberkah kepada penerusnya. orang yang ikhlas diberi usia panjang secara ruhani, ia senantiasa hidup, walau abad-abad menggulungnya. Ia sukses begitu lama dan panjang, bukan hanya di zaman duniawi, tetapi sampai zaman ukhrawi pun ia serasa hadir sebagai rahasia Illahi. Apakah masih ada yang lebih sukses dibanding orang yang telah mencapai puncak “sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah Ta’ala”? apakah ada cerita tentang kebangkrutan duniawi dan ukhrawi orang –orang yang ikhlas seperti itu? Apakah ada yang lebih bisa menentramkan jiwa dibanding orrang –orang yang serba illahiyah batinya? Penghambat ikhlas a. Melihat dan mengingat – ingat amal baik kita, bahkan kagum pada perbuatan dan ibadah kita. b. Keinginan untuk minta balas budi, pahala dan ganjaran kepada Allah Ta’ala. Karena keinginan seperti itu, sebagai pertanda anda tidak yaqin kepada Allah Ta’ala. c. Puas terhadap amal ibadah, padahal dibalik amal ibadah itu masih terselip tipu daya Ghurur yang dianggapnya prestasi ibadah. SYUKUR Tidak ada rasa yang bisa meliputi sekujur tubuh kita, bahkan serasa semesta ikut menikmatinya, kecuali rasa syukur. Tetapi didunia ini, kaum bersyukur masuk golongan minoritas, sampai allah menyebutkan, “Tetapi mayoritas manusia tidak bersyukur”atau “sedikit sekali kalian bersyukur” Filosofi syukur dibawah ini bisa menghantar anda untuk tidak punya alasan lagi, untuk tidak mengeluh lagi, untuk tidak kufur lagi, unuk tidak membuka hati lagi. Syukur itu adalah wahana yang mengembangkan wadah, bagi limpahan nikmat-nikmat allah ta’ala. Semakin bertambah syukurnya, semakin luas wadah bagi limpahan nikmatNya itu. Sedangkan kufur nikmat tidak bersyukur berarti anda telah menutup dan menyempitkan wadah tersebut, lalu terasa sesak didada, menyiksa jantung ruhani anda, dan itulah siksaan pedihnya di dunia, apalagi kelak di akhirat. syukur adalah harapan abadi yang terus menanti dihadapan anda, lalu tidak ada su’udzon kepada takdir allah, apalagi sakit hati, karena harapan telah membuka cakrawala positif tanpa henti, peluang anda terbuka dimana-mana, tak henti-hentinya anda memujiNya, tak henti-hentinya Allah melimpahkan nikmatNya. Tak terdengar lagi aduh..keluh, sesal peluh, bahkan syukur anda bisa anda rasakan tidak sebanding dengan nikmatNya. Bersyukur terhadap nikmat-nikmat Allah Ta’ala itu biasa, tetapi menjadi luar biasa kalau anda bisa bersyukur terhadap cobaan – cobaan Allah. Karena kepahitan dan kegetiran baginya adalah obat untuk kesehatan orang yang mulia. Sebagaimana orang yang bersabar terhadap cobaan itu biasa, tetapi luar biasa kalau ia bisa bersabar terhadap nikmat_nikmatNya, karena bersabar pada nikmat berarti menghapus segala istidroj dan kealpaan diri. Syukur itu sendiri sudah merupakan sukses besar, karena ia sudah selamat dari cobaan atas bencana ruhani, berupa pengabaian terhadap nikmat allah kufur nikmat. Hal-hal yang tampak secara fisik, sesunggguhnya hanya akibat dari hal-hal yang bersifat batin. syukur itu adalah hati yang mengembang dengan senyuman jiwa, tak habis-habisnya anda mengucapkan terima kasih kepadaNya dan memujiNya. Tapi jagalah senyuman itu dengan kesabaran, agar senyuman jiwa tidak berubah menjadi tawa yang berbahak, sampai melupakan dirimu atas nikmat itu, apalagi semakin menjauhkan dirimu dariNya. As Syeikh Khairil Solahuddin Fatihullah Nogosari Mursyid Tarikat Syadziliyah
PembacaanManaqib syekh Abdul Jalil Mustaqim bin Husain ini dibacakan pada saat haul yang dilaksanakan setiap malam Senin awwal di bulan Muharram di pondok P Biografi Singkat KH. Mustaqim bin Husain Ayahanda KH. Abdul Jalil Mustaqim KaitkataKH. Abdul Jalil Mustaqim, KH. Mustaqim bin Husain, mursyid, PETA Tulungagung Hadlratus Syaikh Mustaqim bin Husain lahir di desa Nawangan, kecamatan Keras, kabupaten Kediri, pada tahun 1901 M. Ayah beliau bernama Husain bin Abdul Djalil, yang merupakan keturunan ke 18 dari Mbah Panjalu, Ciamis, Jawa Barat Ali bin Muhammad bin Umar. Ketika masih berusia 12-13 tahun, Hadlratus Syaikh Mustaqim bin Husain mengabdi kepada Kiai Zarkasyi di dusun Tulungagung. Beliau mengabdi dan belajar membaca Al-Quran serta ilmu agama kepada Kiai Zarkasyi. Pada usia tersebut, Hadlratus Syaikh Mustaqim bin Husain dikaruniai oleh Allah hati yang dapat berdzikir Allah, Allah, Allah …… tanpa berhenti. Dari kekuatan dzikir yang demikian tadi, Hadlratus Syaikh Mustaqim bin Husain juga dikaruniai oleh Allah ilmu sirri atau ilmu mukasyafah . Beliau bisa mengetahui ilmu ghaib, alam barzakh dan alam jin, serta keinginan-keinginan yang terbersit di hati orang lain. Pada saat itu, Allah selalu menjaga beliau dari sifat-sifat madzmumah sifat yang tercela. Setelah beliau dewasa, Hadlratus Syaikh dinikahkan oleh Kyai Zarkasyi dengan putri dari Mbah H. Rois yang juga berdomisili di Kauman, yang bernama Ibu Nyai Halimah Sa’diyyah. Mbah H. Rois hanya mempunyai 2 anak, yang pertama bernama Sholeh Sayuthi, yang terkenal dengan sebutan Wali Sayuti. Yang kedua bernama Ibu Nyai Halimah Sa’diyyah yang dinikahkan dengan Hadlratus Syaikh Mustaqim. Sebagai seorang suami, Hadlratus Syaikh melakukan kewajibannya dengan mencari nafkah untuk keluarganya dengan menjadi tukang potong rambut , tukang jahit sepatu dan berdagang. Hadlratus Syaikh pernah mendirikan toko yang diberi nama Bintang Sembilan. Meskipun kehidupan ekonomi keluarganya selalu memprihatinkan, pada saat itu beliau tidak pernah meninggalkan kewajiban untuk berbuat amar ma’ruf, yaitu dengan mengajarkan dzikir yang dimasukkan ke dalam jurus-jurus pencak silat. Di zaman penjajahan Jepang, Hadlratus Syaikh mengalami suatu ujian bersama dengan para ulama seluruh Indonesia. Pemerintah Jepang menganggap bahwa para Ulama akan melakukan pemberontakan, sehingga para Kyai ditangkap, ada yang disiksa, dan banyak yang disakiti. Setelah selamat dari penyiksaan Jepang, Hadlratus syaikh meneruskan pengajarannya, yaitu dengan mengajarkan dzikir di dalam hati, serta akhlaqul karimah, terutama akhlaq kepada Allah. Rumusan amalan-amalan beliau menekankan bahwa sebelum dan sesudah wirid harus meminta pada Allah agar mendapat 4 hal 1. Selamat di dunia dan akhirat. 2. Hati yang bersih dari sifat madzmumah sifat tercela. 3. Kekalnya iman sampai sakaratul maut dan bisa membaca kalimat thayyibah, serta bisa husnul khatimah. 4. Semua hal yang barakah, maslahah, manfaat di dunia dan akhirat. Sebab-sebab KH. Mustaqim Menerima Thariqah Syadzaliyyah Menurut KH. Abdul Jalil Mustaqim, Romo KH. Mustaqim bin Husain sudah mempunyai hizib-hizib sebelumnya, seperti Hizib Baladiyyah, Hizib Kafi dan lain-lain. Pada suatu saat, murid Syaikh Mustaqim yang bernama Asfaham dari Ngadiluwih, Kediri, ketika riyadlah mengamalkan aurad Hizib Kafi dan masuk ke dalam maqam Jadzab Billah. Pada maqam jadzab tersebut, pak Asfaham berkelana sampai masuk Pondok Termas pacitan, Pak Asfaham berbicara banyak hal, termasuk mengajak beradu argumentasi berdebat kepada para Ustadz Pondok Termas Pacitan. Pada saat itu, Syaikh Abdur Razzaq mengetahui bahwa ilmunya Pak Asfaham itu haq. Kemudian Syaikh Abdur Razzaq memanggil Pak Asfaham dan bertanya, “siapa gurumu?” kemudian Pak Asfaham menjawab bahwa gurunya adalah KH. Mustaqim dari Kauman Tulungagung. Di lain waktu, Kyai Abdur Razzaq bertamu sowan kepada KH. Mustaqim. Dalam persowanan tersebut Kyai Abdur Razzaq meminta ijazah ammah kepada KH. Mustaqim. Akan tetapi keduanya malah saling menghindar untuk menjadi guru. Pada akhirnya, keduanya sepakat untuk sama-sama saling memberikan ijazah. Romo KH. Mustaqim memberikan ijazah Hizib Baladiyah kepada Romo Kyai Abdur Razzaq. Dan Romo Kyai Abdur Razzaq memberikan baiat Aurad Syadzaliyyah. Pada saat akan diberi baiat Aurad Syadzaliyyah, KH. Mustaqim menolak. Beliau berkata, “Aurad Syadzaliyyah itu berat, setahu saya ada amalan yang ngere keluar dari rumah tidak boleh membawa bekal, makannya minta ke orang lain, membawa baju hanya satu setel saja untuk menutupi aurat”. Romo Kyai Abdur Razzaq berkata, “Kalau anda pasti kuat”. Kemudian KH. Mustaqim jadi menerima baiat Aurad Syadzaliyyah dari Romo Kyai Abdur Razzaq. Setelah berjalan cukup lama, KH. Mustaqim sudah memberikan baiat kepada murid-murid yang menginginkan Aurad Syadzaliyyah. Romo Kyai Abdur Razzaq berkata, “Thariqah Syadzaliyyah ini nanti pusatnya akan pindah ke Kedung”, yang dimaksud adalah akan pindah ke Syaikh Mustaqim Kauman, Tulungagung. Pada tahun 1947 M, Romo Kyai Abdur Razzaq datang ke Tulungagung. Beliau sangat senang dengan KH. Abdul Jalil Mustaqim, dan pada saat itu KH. Abdul Jalil Mustaqim masih berusia 5 tahun. KH. Abdul Jalil Mustaqim digendong oleh Kyai Abdur Razzaq mengelilingi alun-alun Tulungagung. Sepertinya Romo Kyai Abdur Razzaq sudah mengetahui bahwa yang akan menjadi penerus guru mursyid setelah Syaikh Mustaqim adalah KH. Abdul Jalil Mustaqim. Musibah di Zaman Penjajahan Jepang 1942-1945 Pada saat Jepang menjajah bangsa Indonesia , Jepang memaksa bangsa Indonesia untuk melakukan Seikerei , yang artinya pada saat matahari terbit, menghadap ke timur untuk menyembah kepada matahari ibadah agama Shinto . Dan pada saat jam pagi harus membungkuk seperti posisi ruku’ menghadap ke utara agak serong ke barat menghadap ke arah kota Tokyo Jepang , untuk menyembah Tenno Haika, Raja Jepang. Kedua perintah Jepang tersebut dianggap musyrik oleh agama Islam. Oleh karena itu, Syaikh Mustaqim dan ulama lainnya menentang hal tersebut dan tidak mau melakukannya. Pemerintah Jepang mempunyai anggapan bahwa para ulama dan kyai akan melakukan pemberontakan kepada pemerintah Jepang. Sehingga pemerintah Jepang dengan biadabnya melakukan penyiksaan kepada para ulama termasuk Syaikh Mustaqim. Penyiksaan Jepang yang dialami oleh Syaikh Mustaqim antara lain Tubuh beliau dijepit dengan satu bal es batu di dada, dan satu bal lagi di bagian belakang sambil tubuh beliau dirantai. Beliau dijatuhkan dari ketinggian mencapai 10 meter. Perut beliau diisi air lewat hidung dengan menggunakan pipa kecil, seperti yang dialami oleh kyai-kyai lainnya. Pada saat Jepang memasukkan air ke dalam hidung KH. Mustaqim, yang dimasuki air malah bukan hidung beliau, tetapi kantong ikat pinggang yang sedang beliau pakai. KH. Mustaqim diberi keselamatan dari semua hal tersebut berkat perlindungan dari Allah. Usaha Ekonomi KH. Mustaqim bin Husain mempunyai istri dan putra-putri. Beliau juga melakukan usaha secara lahir, yaitu dengan berusaha mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya. Beliau pernah menjadi tukang potong rambut, penjahit sepatu dan sandal, dan membuka toko yang bernama Toko Bintang Sembilan. Akan tetapi semua usaha lahir beliau tersebut tidak ada yang kelihatan menghasilkan banyak uang. Sepertinya beliau hanya melakukan ikhtiyar secara lahir saja. Buktinya, pada saat Kyai Muslim Alm akan pergi mondok ke Pondok Mojosari Loceret Nganjuk, Kyai Muslim meminta uang kepada KH. Mustaqim, dan KH. Mustaqim menyuruh beliau untuk mengambil sendiri uang yang terletak di bawah kasur. Pada saat Kyai Muslim membuka kasur tersebut, ternyata yang ada di bawah kasur tersebut adalah uang semua. Tetapi Kyai Muslim hanya mengambil seperlunya saja. Perkataan-Perkataan Hikmah Al-Maghfurullah KH. Mustaqim bin Husain jika berbicara dawuh, banyak yang menggunakan kalam kinayah kata sindiran daripada kalam sharihah kata terang-terangan. Begitu juga jika akan terjadi peristiwa yang aneh, beliau hanya memberikan isyarat saja. KH. Mustaqim memelihara ayam yang sebelah kanan berwarna merah, dan yang sebelah kiri berwarna putih bersih. Pada bulan Rabi’ul Awal, KH. Mustaqim berkata, “Bangsa Jepang berada di Indonesia masih 6 bulan lagi”. Dan terbukti setelah sampai pada hari Jumat Legi tanggal 9 Ramadhan 1363 H, yang bertepatan dengan tanggal 17 Agustus 1945 M, Negara Indonesia merdeka dan mengibarkan bendera merah putih. KH. Mustaqim bin Husain juga pernah mempunyai ayam yang berkaki satu, jika berjalan meloncat-loncat, di atas kepalanya dekat dengan jenggernya ditempati sarang lebah, jika ayam tersebut akan berpindah tempat, si lebah keluar dari sarangnya kemudian mengikuti ayam tersebut. Begitu juga dengan KH. Abdul Jalil Mustaqim. Beliau pernah memelihara burung perkutut putih, dan selang beberapa tahun kemudian beliau memelihara burung gagak putih. Semua hal tersebut menunjukkan bahwa Mursyid Kamil itu tetap ada, tetapi sangat langka dan susah untuk dicari. Bisa ditemukan, tetapi harus lewat kesucian. KH. Mustaqim bin Husain kalau dawuh kepada murid-muridnya kebanyakan memakai kalam kinayah , begitu juga dengan KH. Abdul Jalil Mustaqim. Menurut perkataan KH. Shadiq Muslih Al-Hajari, jika mendengarkan perkataan-perkataan KH. Mustaqim dan KH. Abdul Jalil Mustaqim, harus dengan berdzikir kepada Allah, supaya kita bisa memahami makna dari perkataan beliau tersebut, karena sumber-sumber perkataan beliau tersebut berasal dari asrarillah dawuh sirri. Perkataan-perkataan tersebut antara lain 1. “Menjadi orang mukmin itu harus sering memotong kuku” Artinya jadi orang mukmin itu harus menghilangkan sifat ujub merasa dirinya paling baik dan supaya bisa ikhlas. 2. “Menjadi murid thariqah itu seperti orang yang antri karcis di loket. Terkadang didesak oleh temannya, diserobot gilirannya, dan ketetesan keringat temannya. Akan tetapi semua itu jangan dihiraukan, tetaplah menghadap ke loket”. Artinya menjadi murid thaariqah itu terkadang mendapatkan gangguan dari orang lain, keluarga, bahkan dari sesama murid. Jangan hiraukan dan tetap menghadap ke depan. Hanya berharap barakah kepada guru mursyid supaya bisa cepat mendapat tiket pesawat Thariqah Syadzaliyyah. 3. “Mencari ilmu di depan guru mursyid harus seperti orang yang mencari rumput, tapi jangan seperti orang yang mencari rumput”. Artinya orang yang mencari rumput jika melihat ke bawah, akan mendapat rumput yang banyak, wadahnya cepat penuh. Tetapi jika melihat ke tempat lain, sepertinya rumput yang kita lihat di tempat yang lebih jauh terlihat lebih subur daripada rumput yang ada di dekat kita. Kenyataannya, rumputnya sama saja, bahkan lebih sedikit. Karena kebanyakan pindah-pindah maka waktunya habis dan wadah rumputnya tetap kosong. Orang yang mencari ilmu haqiqat harus menghadap pada satu guru, jangan sampai melirik guru yang lainnya. Malah akan menjadi hijab penghalang keberhasilannya. Kecuali jika diizini oleh sang guru. KH. Abdul Jalil Mustaqim pernah berkata, “Jangan berpoligami!” . Artinya, jika mengamalkan amalan Syadziliyyah tidak boleh mengamalkan amalan lainnya yang batal, atau yang tidak seizin guru mursyid. Maqam dan Derajat KH. Mustaqim bin Husain Pada tahun 1953, KH. Mustaqim bin Husain menerima dawuh sirri, bahwa yang akan meneruskan kemursyidan nanti adalah KH. Abdul Jalil Mustaqim putra KH. Mustaqim. Pada saat itu, KH. Abdul Jalil Mustaqim sudah mulai disuruh membaiat, meskipun pada saat itu beliau masih berusia 11 tahun. Pada tahun 1981, Ibu Nyai Hj. Halimah Sa’diyah istri KH. Mustaqim, Ibu Nyai Hj. Anni Siti Fatimah putri KH. Mustaqim, serta Bapak H. Jam’an Prawiro, putra mantu KH. Mustaqim, bersama-sama melakukan ihram haji dan umrah. Ibu Nyai Hj. Anni Siti Fatimah dan Bapak H. Jam’an Prawiro, mengamanatkan haji buat KH. Mustaqim yang dilaksanakan oleh H. Masduqi Tunjung, Udanawu, Blitar, di mana pada saat itu H. Masduqi masih bermukim di Makkah. Serban dan sertifikat KH. Mustaqim disimpan oleh KH. Arif Mustaqim. Sebelum menerima sertifikat tersebut, KH. Arif Mustaqim sudah inkisyaaf diperlihatkan hal-hal sirri bertemu dengan KH. Mustaqim yang menggunakan jubah, kopiah dan sorban menggunakan pakaian haji. KH. Mustaqim dikaruniai kelebihan oleh Allah bisa berbicara dengan menggunakan bahasa orang yang sedang bertamu sowan. Menurut K. Lamri Kedung Sigit, Karangan, Trenggalek, KH. Mustaqim pernah menerima tamu dari India yang tidak membawa penerjemah bahasa. KH. Mustaqim langsung menemui tamu tersebut dan bercakap-cakap dengan menggunakan bahasa India. K. Lamri tetap mendengarkan pembicaraan beliau sambil menyapu di halaman mushalla. Menurut Pak Ahmad bin Badri Jeli, Karangrejo, Tulungagung, pada saat dia berkelana selama 18 tahun, hingga anak dan cucunya lahir dia tidak mengetahuinya. Di dalam perjalanan berkelananya, dia sempat bertamu sowan kepada KH. Muhammad Dalhar Magelang yang makamnya ada di Gunung Pring, Pak Ahmad bin Badri ditanya oleh KH. Muhammad Dalhar, “Anda dari mana?”. Kemudian Pak Ahmad bin Badri menjawab bahwa dia berasal dari Jeli, Karangrejo, Tulungagung. Kemudian KH. Muhammad Dalhar bertanya lagi, “Sudah tahu KH. Mustaqim Kauman Tulungagung?. Pak Ahmad bin Badri menjawab, “Sudah, saya sudah tahu beliau. Malah bapak saya ikut amalan thariqah KH. Mustaqim”. Kemudian KH. Muhammad Dalhar berkata, “Bahwa KH. Mustaqim itu adalah Wali Quthub yang derajat kewaliannya mastur”. Padahal di daerah Tulungagung dan sekitarnya, banyak yang tidak mengetahui KH. Mustaqim. Yang mereka ketahui hanya Pak Takim tukang potong rambut. KH. Mustaqim juga membaiat Thariqah Al-Mu’tabarah Al-Qadiriyah wa Al-Naqsyabandiyah. Beliau menerima baiat dari KH. Khudlari bin Hasan Malangbong, Garut, Jawa Barat. KH. Mustaqim menimba ilmu yang banyak sekali dari KH. Khudlari bin Hasan, termasuk belajar ilmu syari’at lengkap selama 6 bulan. KH. Mustaqim bin Husain Wafat Pada tahun 1970, pada hari Ahad tanggal 1 Muharram setelah Ashar, di mana di situ terdapat 4 orang yang menemani KH. Mustaqim yang sedang naza’ . Salah satunya adalah Mayor TNI AD Shomad Srianto mantan komandan KODIM Tulungagung. Pada saat naza’ , KH. Mustaqim kelihatan nafasnya tersendat-sendat idlthirob dan sesak nafas. Akan tetapi sesak nafas beliau ini bukan berarti tanda-tanda su’ul khatimah . Menurut kitab Tanbihul Mughtarrin halaman 45, jika ada guru mursyid pada saat naza’ -nya terlihat kesakitan dan sesak nafas/nafas tersendat-sendat, itu dikarenakan dua hal 1. Karena sangat senang akan bertemu dengan Allah. 2. Karena rasa kasihan beliau kepada semua murid beliau, ingin memberikan pendidikan tarbiyah kepada para murid hingga mencapai ma’rifat billah . Oleh karena itu, karena saling tarik menariknya dua hal tersebut, sehingga jasad beliau terlihat mengalami nafas tersendat-sendat. Putra-Putri KH. Mustaqim bin Husain dengan Ibu Nyai Hj. Halimah Sa’diyah 1. Ibu Nyai Thowilah Sumaranten. 2. Bapak KH. Arif. 3. Bapak Muhsin. 4. Bapak Yasin. 5. Ibu Maratun. 6. Bapak KH. Abdul Ghafur. 7. Ibu Nyai Hj. Anni Siti Fatimah. 8. Bapak KH. Kyai Ali Murtadlo. 9. Romo KH. Muhammad Abdul Jalil. 10. Ibu Nyai Siti Makhfiyah. 11. Bapak Hanshon Athlab. Sumber Buku Napak Tilas Auliya’ 2010 , Pustaka Al-Muhibbin, Tambakberas Jombang Thelatest Tweets from abdul jalil (@syekh_jalil): "kumaha RT@zvAbdulMuhyialhamdulillah RT Kef halkRT @syekh_jalil ahlan bik RT @syekh_jalil ahlan wa sahlan:" PONDOK PETA dan Kiai Mustaqim Luar Biasa, Haul Pondok Peta Tulungagung Oleh faizin 14-Jan-2008, 222927 WIB Tulungagung, Kharisma Kiai Mustaqim bin Hussein dan Kiai Abdul Djalil Mustaqim, pengasuh pondok pesantren Pesulukan Tareqot Agung Peta Tulungagung, Jawa Timur, tak juga surut meski keduanya sudah wafat. Nyatanya, ribuan santri tareqot dari berbagai penjuru Indonesia yang menjadi murid-muridnya, tetap saja berdatangan saat pondok tareqot ini menggelar haul, Minggu Tak pelak, peringatan haul KH. Mustaqim bin Huseein ke-38, KH Abdul Djalil Mustaqim ke-3 dan Nyai Sakdiyah ke-20 itu, benar-benar berlangsung luar biasa. Ribuan santri bukan hanya memadati kompleks pondok yang berlokasi di jantung Kota Tulungagung ini. Tapi, mereka juga membludak hingga memadati alun-alun dan jalan-jalan di kawasan pusat kota penghasil marmer itu. Selain menyedot perhatian para santri, haul Pondok Peta juga memberikan daya tarik tersendiri bagi para kiai maupun pejabat pemerintahan. Dalam haul kali ini, tampak hadir, Wakil Ketua DPR RI, Muhaimin Iskandar, Sekretaris Daerah Sekda Pemerintah Propinsi Jawa Timur, Soekarwo, dan Bupati Tulungagung, Heru Tjahjono. Dari kalangan kiai, terlihat KH. Chaedar Muhaiminan putra KH. Muhaiminan, Habib Umar Muthohar, KH. Imron Jamil, dan DR. KH. Lukman Hakim. Yang istimewa lagi, dalam setiap haul, keluarga Pondok Peta selalu memberi sajian nasi kotak dan minuman air mineral kepada semua santri yang hadir meski jumlahnya mencapai puluhan ribu orang. Untuk keperluan haul, tak kurang sekitar personil santri dikerahkan dalam kepanitiaan. ’Dalam haul kali ini, kami melibatkan sekitar orang personil kepanitiaan,” terang Moh Athiyah SH, wakil Bupati Tulungagung selaku wakil keluarga Pondok Peta. Rangkaian acara haul berlangsung sejak pagi hingga dini hari. Sebagai penutup haul digelar mauidzah pengajian yang disampaikan KH. Chaedar Muhaiminan dan Habib Umar mauidzahnya, KH Chaedar Muhaiminan maupun Habib Umar banyak mengupas seputar tareqot assadziliyah yang diajarkan dan KH. Abdul Djalil. ’Walaupun beliau sudah wafat, ajaran tareqat yang telah diajarkan beliau harus tetap kita peran Beliau diteruskan putranya, Gus Salahuddin Al Ayyubi,” kata KH Chaedar Muhaiminan ini. Dalam kesempatan haul ini, keluarga Pondok Peta juga menghimbau para santri jamaah tareqot untuk melakukan gerakan tanam pohon. ’Bencana alam telah terjadi di Pondok Peta menghimbau kepada semua santri di semua penjuru tanah air untuk melakukan tanam pohon. Pohon apa pun, silahkan ditanam,” pinta Moh Athiyah menyampaikan pesan keluarga Pondok Peta. KabarIndonesia – Tulungagung, Sudah 38 tahun silam, KH Mustaqiem bin Hussain berpulang. Sudah tiga tahun pula, putranya, KH Abdul Djalil Mustaqiem yang meneruskan perjuangannya wafat. Namun begitu, ketokohan dan keteladanan dua kiai kharismatik dari pondok pesantren Pesulukan Tareqot Agung Peta Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, ini seakan tak pernah terputus. Santri yang menjadi pengikut ajarannya masih saja terus mengalir ke Pondok Tareqot yang berlokasi di Jl. KH. Wakhid Hasyim, Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Tulungagung ini. Faktanya, setiap setahun sekali dihelat peringatan haul, santri yang berdatangan ke pondok Peta benar-benar luar biasa. Pondok yang kini diasuh putra Kiai Abdul Djalil Mustaqiem, Charir Mohamad Sholahudin Al Ayyubi Gus Saladien itu sama sekali tak kehilangan daya magnetik-nya. Dalam haul yang digelar, Minggu 13/1/2007 kemarin, misalnya, puluhan ribu santri jamaah Pondok Peta dari berbagai pelosok Indonesia tumplek blek membanjiri Kota Tulungagung. Ketokohan dan keteladanan KH Mustaqiem yang masih keturunan dari Mbah Penjalu itu agaknya tetap meninggalkan goresan’ tersendiri di kalangan santri tareqot yang menjadi pengikutnya. ’Setiap haul, keluarga kami pasti ke Pondok Kiai Mustaqim dan Abdul Djalil ini,” tutur beberapa santri Peta dari Blora, Jawa santri dari luar propinsi itu datang ke Tulungagung sampai harus mencarter beberapa buah bus bersama jamaah Pondok Peta lainnya. Demikian pula santri dari luar Pulau Jawa, saat haul, mereka juga banyak yang datang ke Pondok Peta dengan berombongan. ’Kami datang dari haul, kami mesti datang ke Pondok,” kata serombongan santri dari luar Pulau Jawa itu kalangan santrinya, maupun Kiai Djalil diakui sebagai sosok yang banyak memberikan keteladanan dalam mengajarkan itulah, santri-santrinya juga tersebar luas ke seantero negeri. Di sisi lain, kiai yang menjadi tokoh tareqot assadziliyah itu dalam perjalanan hidupnya memang memiliki banyak kelebihan sebagaimana sering diungkap dalam manakib-nya yang dibacakan setiap peringatan haul. ’Sejak kecil, KH Mustaqiem sudah punya sirri. Beliau juga punya khizib kahfi,” kata KH Mudhofir Sukhaimi yang biasa membacakan manakib KH Mustaqiem bin Hussain dalam setiap peringatan haul. Diceritakan pula, suatu ketika, kiai Mustaqiem menerima nasib tak menyenangkan saat penjajahan Jepang. Bersama warga masyarakat yang lain, kiai kelahiran Keras, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, tahun 1901 itu, harus menghadapi penyiksaan sadis yang dilakukan penjajah Jepang. ’Saat itu, Mbah Mustaqiem disiksa dengan cara ditutup semua lubang yang ada di tubuhnya kecuali dua lubang hidungnya. Lalu, lubang hidung itu dimasuki selang dan perutnya membesar, Jepang menginjak-injak dengan sepatu rakyat kita yang akhirnya mati disiksa seperti ini,” katanya. Namun, tidak demikian yang terjadi pada diri Kiai Mustaqiem. Entah bagaimana ceritanya, Jepang memasukkan selang tidak ke lubang hidung Kiai Mustaqiem. Tapi, selang itu justru dimasukkan ke lubang sabuk othok’ ikat pinggang khas orang Jawa.Maka, selamatlah kiai Mustaqiem dari penyiksaan sadis yang dilakukan penjajah Jepang.’Begitulah Kiai Mustaqiem mempunyai kelebihan,” kata KH Mudhofir. Keistimewaan lainnya, Kiai Mustaqiem juga punya ilmu bela diri yang bela diri ini diketahui ketika Kiai ini ditantang silat seorang pendekar ternyata, mampu meladeni tantangan itu dengan bersilat di atas empat tombak.’Beliau juga menguasai sedikitnya 40 bahasa asing,” terang KH Mudhofir. Tak pelak, santri-santrinya saat itu sampai dibuat heran karena tak pernah tahu kapan kiai yang wafat pada 1970 itu belajar bahasa asing.’Saat kedatangan tamu dari India, Mbah Mustaqiem juga bisa meladeni pembicaraan menggunakan bahasa India,” ujarnya. Yang patut diteladani lagi, dalam setiap acara haul diungkapkan, meski tergolong Kiai berilmu tinggi, KH. Mustaqiem punya sikap tak suka menyombongkan diri. Faktanya, suatu hari, ada Kiai besar Syekh Abdul Rozaq yang akan berguru kepadanya. Namun, KH Mustaqiem justru bersikap sebaliknya. Beliau malah akan berguru kepada Syekh Abdul Rozaq. ’Akhirnya, kedua Kiai besar itu rebutan untuk menjadi murid,” ungkapnya. Sepeninggal Kiai Mustaqiem, perjuangan Pondok Peta diwariskan kepada salah seorang putranya, KH Abdul Djalil Mustaqiem. Sayang, Kiai Abdul Djalil yang tak kalah kharismatik dengan sang ayah itu, Jumat 7/1/2005 lalu sudah keburu dipanggil Allah SWT. Sebagai penerus perjuangannya, kini Pondok Peta diasuh Gus Salladien, salah seorang putra Kiai Abdul Djalil Mustaqiem yang usianya baru sekitar 29 tahun. Sebagai kiai kharismatik, kediaman Kiai Djalil hampir tak pernah sepi dari kunjungan tokoh-tokoh politik lokal maupun nasional. Menjelang Pemilu legislatif dan Pemilu presiden 2004 lalu, misalnya, kediaman Kiai Djalil banyak menjadi singgahan tokoh-tokoh politik nasional. Saat itu, beberapa tokoh nasional yang berkunjung ke kediaman Kiai Djalil, di antaranya, Nurcholis Madjid Cak Nur, mantan Wapres, Try Soetrisno, Amien Rais, Yusuf Kalla dan tentu saja KH Abdurrohman Wahid Gus Dur yang sudah tak terbilang jumlahnya mendatangi pondok Kiai Djalil. Keterangan foto Kiai Abdul Djalil saat menerima kunjungan mantan Wapres Try Soetrisno bersama istrinya, sebelum Pemilu 2004 lalu. Saat itu, Try Soetrisno juga merayakan ulang tahunnya di kediaman Kiai haul ke-38 Hadhratus Syaikh Mustaqim bin Husein, haul ke-20 Nyai Hj. Sa’diyah binti H. Rois dan haul ke-3 Hadhratus Syaikh Abdul Jalil Mustaqim untuk tahun 2008 ini jatuh pada hari Minggu kemarin tanggal 13 Januari 2008. Pada Haul kali ini saya menghadirinya dengan memutuskan memilih berangkat bersama rombongan jamaah pengajian Cahaya Ilahi Surabaya dengan menggunakan bis berangkat dari rumah ketua kelompok Surabaya yaitu Ibu Hj. Wiwik Malik di daerah Pepelegi Sidoarjo dengan anggota rombongan kurang lebih 30 perjalanan dapat ditempuh dengan selamat dan lancar dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Berangkat jam 6 dan sampai di kota Tulungagung jam 9. Pada awalnya, semestinya sesampainya di Tulungagung kami akan bergabung terlebih dahulu dengan jamaah Syaikh Luqman Jakarta, baru kemudian berangkat bersama-sama untuk ziarah ke makam Pangeran Benowo di Bedalem Tulungagung, tetapi ternyata jamaah Syaikh Luqman berangkat terlebih dahulu dan menanti rombongan kami di Bedalem. Inilah pertama kalinya saya ziarah di makam Pangeran Benowo Bedalem – Tulungagung, sosok seorang pangeran yang meninggalkan kerajaan setelah terjadinya berbagai intrik perebutan kekuasan di sekitar peralihan kerajaan Pajang [dengan rajanya Sultan Hadiwijaya ayahanda Pangeran Benowo yang pada masa mudanya dikenal dengan nama Mas Karebet atau Joko Tingkir masih keturunan Prabu Brawijaya V raja Majapahit terakhir sebelum beralih ke kerajaan Islam Demak yang dipimpin R. Patah] ke Mataram [dengan rajanya R. Sutawijaya / Panemabahan Senapati masih termasuk putera angkat Sultan Hadiwijaya]. Pangeran Benowo kembali ke khittah, yaitu meniti jalan ke dalam diri untuk menemukan kesejatian yang hakiki dengan laku lampah seorang sufi sambil terus berdakwah, mendirikan pesantren di sepanjang jalan yang dilalui. Peralihan kekuasan Pajang ke Mataram inilah yang merupakan titik awal pudarnya Islam dengan tauhidnya yang dirintis sejak berdirinya kerajaan Islam Demak menjadi tercampuri dengan adanya keyakinan terhadap kekuasaan Ratu Kidul sejak berdirinya pula orientasi kewilayahannya, yaitu dari kerajaan Maritim sejak era Demak terbukti dari berbagai ekspedisi kapal-kapal Demak termasuk juga terlibat secara aktif mengusir bangsa Portugis dengan mengirim kapal-kapal perang ke selat Malaka yang terus menurun sampai era Pajang dan akhirnya benar-benar berubah menjadi kerajaan Agraris pada era Mataram. Setelah dari makam Pangeran Benowo, semula rombongan Surabaya berencana akan berziarah ke makam Syaikh Syamsudin atau dikenal penduduk dengan sebutan mBah Suryo yang terletak di pantai Popoh, tetapi karena keterbatasan waktu rencana tersebut tidak jadi dilaksanakan. Rombongan langsung menuju hotel untuk beristirahat. Sampai di hotel sekitar pukul 12 siang dan terlihat di berbagai sudut jalan akses menuju pondok PETA sudah terpasang sound system, spanduk, umbul-umbul dan terop/tenda, juga petugas/panitia jumlah panitia + orang sudah tersebar di berbagai sudut untuk kelancaran acara haul. Tamu-tamu pun sudah mulai itu acara khataman Qur’an sudah dimulai. Menjelang saat Maghrib, jamaah Surabaya yang kebetulan berangkat berombongan bergerak masuk ke pondok untuk secara langsung mengikuti acara inti haul. Jamaah yang datang membludak, mulai lantai dasar sampai lantai 3 penuh sesak jamaah, belum lagi yang di luar di jalan-jalan sepanjang dan yang menuju ke arah pondok, penuh sesak oleh jamaah yang datang dari berbagai penjuru tanah air yang menurut informasi panitia jumlahnya mencapai belasan ribu. Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al Qur’an, dilanjutkan dengan sambutan ketua panitia, maulid diba’, tahlil, manaqib Syaikh Abil Hasan asy Syadzili, manaqib Syaikh Mustaqim bin Husein, manaqib Syaikh Abdul Jalil Mustaqim dan mauizhoh hasanah. Untuk sambutan dari Panitia, disampaikan oleh Bapak Moh. Athiyah yang kebetulan juga menjabat sebagai Wakil Bupati Tuluangagung, mewakili keluarga Pondok PETA. Manaqib Syekh Abil Hasan asy Syadzili disampaikah oleh Syekh Luqman Hakim, Luqman menguraikan secara singkat perjalanan asy Syekh mulai kelahiran, pencarian seorang mursyid, mengalami berbagai cobaan fitnah, murid-muridnya sampai saat beliau memperoleh warisan Quthb. Thoriqot yang dinisbahkan pada nama Beliau banyak tersebar luas di seluruh penjuru dunia, terutama di Mesir, juga sampai Eropa, Asia, Afrika dan Asia. Selain dikenal dengan nama Thoriqot Syadziliyah, juga dikenal dengan nama Syadzaliyah dan di Palestina dikenal dengan nama Syadzuliyah dengan salah satu mursyidnya sekaligus sebagai pejuang Palestina yaitu Syekh Ahmad Yasin. Berkaitan dengan nama Syadziliyah itu sendiri merupakan sustu kekhususan dari Allah, dimana apa yang ada di thoriqot ini tidak ditemui di thoriqot yang lain. Dikisahkan pada suatu ketika dalam fana’nya, asy Syekh Abil Hasan pernah mengemukakan sebuah pertanyaan kepada Allah SWT, “Ya Robb, mengapa nama Syadzilah Engkau kaitkan dengan namaku ?” Maka, dikatakan kepadaku, “Ya Ali, Aku tidak menamakan engkau dengan nama asy Syadzily, tetapi asy Syaadz-ly penekanan kata pada “dz” yang artinya jarang langka, yaitu karena keistimewaanmu dalam menyatu untuk berkhidmat demi untukKu dan demi cinta kepada-Ku.” Salah satu keunikan yang tidak terdapat di thoriqot lain adalah masalah robitoh mursyid, dimana dalam khasanah Syadziliyah mulai dulu pada zamanny asy Syekh abil Hasan, tidak dikenal dan bahkan dilarang robitoh dengan membayangkan wajah guru. Dikisahkan oleh Syekh Luqman, dulu saat Syekh Abdul Jalil Mustaqim masih sugeng, kebetulan ketika itu Syekh Luqman sowan, ada salah seorang putra kiai dari Ponorogo yang merupakan mursyid thoriqot naqshabandi memohon baiat kepada Syekh Abdul Jalil Mustaqim. Tetapi ditolak oleh Beliau dan tetap disuruh mengamalkan wirid yang dari abahnya tersebut tetapi tanpa robitoh mursyid, karena kalau sedang wirid dengan membayangkan wajah guru kemudian pada saat itu kebetulan Allah menghendaki mencabut nyawa berarti yang terbayang adalah makhluk dan bukan hadirnya hati pada Allah, berarti termasuk khusnul khotimah atau su’ul khotimah ? Nah untuk thoriqot Syadziliyah yang diajarkan di Pondok PETA Tulungagung, menurut Syekh Luqman adalah yang paling lengkap sebagaimana yang diwariskan oleh Syekh Abil Hasan asy santri-santri PETA tidak boleh menanyakan fadhilah, manfaat, arti dari suatu amalan karena disamping mengurangi keikhlasan dalam pengamalannya juga pada hakikatnya semuanya artinya adalah ALLAH. Hijaiyah mulai Alif sampai Ya juga merupakan nama Allah, sehingga apa pun yang dibaca pada akhirnya semuanya kembali pada arti Allah juga. Untuk itu semua santri PETA diajarkan untuk selalu melatih hati agar terus berdzikir/bunyi Allah… Allah… terus. Bagi murid-murid yang sebelumnya punya amalan lain, setelah baiat thoriqot Syadziliyah harus melepaskan semua amalannya, karena thoriqot ini lebih agung dari itu semua. Andaikata suatu saat ada yang minta tolong ya harus ditolong tidak boleh ditolak, misalnya ada orang yang sakit tumor minta tolong diobati, ya harus ditolong, didoakan sesuai apa yang ada di hati. Manaqib Syekh Mustaqim bin Husein disampaikan oleh Mudhofir Sukhaimi, bahwa sejak usia 18 tahun, Syekh Mustaqim sudah hidup hatinya dengan sendirinya dengan dzikir Allah secara terus menerus. Syekh Mustaqim masih merupakan salah satu keturunan ke-19 Mbah Panjalu [Sayyit Ali bin Muhammad bin Umarsalah satu waliyullah penyebar Islam di bumi Indonesia pada masa Prabu Siliwangi, merupakan salah satu guru dari Prabu Kian Santang dikenal sebagai putra dari Prabu Siliwangi dan ada juga yang mengatakan Panglima Perang Prabu Siliwangi, pen.] yang maqomnya terletak di Ciamis Jawa Barat. Nah, salah satu putri dari Syekh Mustaqim ada yang diberi nama Thowillah Sumaranten. Ternyata nama Sumaranten diambilkan dari nama salah satu keturunan ke-14 Mbah Panjalu yang dikenal sebagai sosok pendekar sakti pada jamannya yang mempunyai kemampuan berjalan di atas air. Dikisahkan oleh Yai Mudhofir bahwa pada masa penjajahan Jepang, kiai-kiai banyak yang mengalami penyiksaan yang sangat sadis. Demikian juga dengan Syekh Mustaqim yang mengalami penyiksaan oleh Jepang, yaitu dengan cara ditutup semua lubang yang ada di tubuhnya kecuali dua lubang hidungnya. Lalu, lubang hidung itu dimasuki selang dan perutnya membesar, Jepang menginjak-injak dengan sepatu perangnya. Banyak kiai yang mati dengan cara seperti ini. Alhamdulillah, Syekh Mustaqim tidak sampai mengalami yang demikian karena ternyata tentara Jepang bukannya memasukkan selang ke lubang hidung melainkan dimasukkan ke lubang sabuk othok’ ikat pinggang khas orang Jawa sehingga suatu saat Syekh Mustaqim ditantang silat seorang pendekar ulung, ternyata Beliau mampu juga meladeni tantangan itu dengan bersilat di atas empat tombak. Salah satu keistimewaan Syekh Mustaqim yang lain adalah kemampuan Beliau dalam penguasaan bahasa asing, sedikitnya 40 bahasa. Salah satunya terbukti dari salah seorang santri Beliau yang mengetahui Beliau berbicara dengan tamu yang datang dari India menggunakan bahasa India. Salah satu sikap Beliau yang perlu kita teladani adalah kerendahhatian Beliau, pernah suatu hari ada seorang kiai besar yaitu Syekh Abdul Rozaq yang akan berguru kepada Syekh Mustaqim, tetapi yang terjadi malah sebaliknya yaitu Syekh Mustaqim malah yang akan berguru kepada Syekh Abdul Rozaq, sehingga akhirnya kedua Kiai besar itu rebutan untuk menjadi murid. Manaqib Syekh Abdul Jalil Mustaqim disampaikan oleh salah satu kiai lupa namanya yang merupakan teman Syekh Abdul Jalil sewaktu masih menuntut ilmu di Pondok Kiai Zainudin mengisahkan secara singkat tentang keistimewaan Syekh Abdul Jalil Mustaqim di antaranya adalah keistiqomahan dalam menjaga wudhu, yaitu dalam arti bahwa ketika wudhu batal, maka cepat-cepat memperbarui wudhu santri yang dipanggil mbah ya hanya Syekh Jalil pondok Kyai Zainudin itulah banyak menelurkan ulama-ulama tersebut tidak lepas dari ketaatan dan ketawadhuan para santri kepada gurunya yang berbuah barakah. Mauizhoh Hasanah yang pertama disampaikan oleh Chaedar Muhaiminan dari pondok pesantren Bambu Runcing, Parakan – Temanggung, beliau salah seorang putra dari ulama besar sekaligus juga seorang mursyid Syadziliyah, almarhum Muhaiminan intinya beliau mengupas tentang thoriqot Syadziliyah yang diajarkan oleh Syekh Mustaqim dan Syekh Jalil. Mauizhoh Hasanah yang kedua disampaikan oleh Habaib Umar Muthohar dari Semarang. Dengan gaya yang kocak dan bahasa yang sederhana, Beliau menyampaikan banyak hal tetapi pada intinya adalah bahwa peringatan HAUL itu bukannya untuk membesar-besarkan sosok ulama yang sudah meninggal tersebut karena posisinya sudah jelas khusnul khotimah. Yang masalah adalah justru kita-kita ini yang belum tentu khusnul itu dalam peringatan Haul tersebut kita harus dapat mengambil hikmah dari perjuangan para ulama terdahulu untuk kita teladani dan yang pasti insya Allah selalu ada barakah Allah yang mengalir pada diri kita yang menghadirinya. Setelah selesai acara mauizhoh hasanah, kami kembali ke hotel untuk di luar pondok yang semula dipadati oleh belasan ribu jamaah terlihat sangat kotor karena banyak terdapat sisa makanan, bungkus makanan dan minuman berapa pun jumlah jamaah, Pondok PETA selalu membagikan nasi dan air kemasan dan semua selalu kebagian ditambah lagi bercampur air hujan yang mengguyur. Tetapi hal itu ternyata sudah diantisipasi oleh panitia dengan pembagian tugas, yaitu jamaah dari Blitar bertugas membersihkan mulai depan pondok ke arah Timur dan jamaah dari Trenggalek bertugas membersihakan mulai depan pondok ke arah Barat. Peralatannya pun sudah tersedia dalam jumlah yang cukup. Ditambah lagi dengan para petugas kebersihan kota yang memang sudah standby. Maka hanya dalam tempo satu jam kondisinya sudah kembali bersih. Esok paginya, hari Senin, tanggal 14 Januari 2008, setelah sarapan pagi kami kembali masuk Pondok untuk aurodan di maqom Syekh Mustaqim dan Syek Jalil bersama jamaah dari Jakarta yang datang secara berombongan. Selesai aurodan sambil dijamu sarapan pagi khas pondok, kami semua mendapat wejangan dari Syekh Abdul Ghofur Mustaqim, kakak dari Syekh Abdul Jalil Mustaqim. Tetapi sebelumnya kami semua diingatkan oleh Syekh Luqman agar selama mendengar wejanagan dari mbah Ghofur, tidak berhenti hati harus dzikir Allah… Allah… Wejangan Syekh Abdul Ghofur Mustaqim Murid-murid PETA harus banyak bersyukur karena sudah menemukan guru/mursyid yang kamil dan mukammil, seorang wali yang muryid, yang membimbing menyempurnakan agama dengan jalan ihsan setelah iman dan islam. Dikatakan Beliau pengertian ihsan secara sederhana bahwa kita tahu Tuhan tetapi jika tidak sesungguhnya Tuhan tahu sejarah thoriqot yang merupakan amaliyah tasawuf tersebut dimulai sejak wahyu yang pertama turun. Seperti diketahui, Rasulullah sejak usia belasan tahun sudah tidak cocok dengan kehidupan di kota Mekah yang penuh dengan penyembahan berhala, sehingga Rasulullah setiap hari selalu menyepi/khalwat ke Gua Hira dalam rangka mencari Tuhan yang sejati. Sehingga tiba saat wahyu yang pertama turun, Rasulullah dikenalkan dengan namadzat Tuhan yaitu ALLAH lafal Allah. Malaikat Jibril menyuruh Rasulullah membaca lafal ALLAH sebagai nama dzat Tuhan. Tetapi Rasululullah mengatakan tidak bisa membaca, hal tersebut diulang sampai 3 kali. Kemudian malaikat Jibril merangkul Rasulullah dan membimbing beliau sebagaimana wahyu pertama “Iqraa bismi rabbikalladzi kholaq” – bacalah dengan nama tuhanmu yang menciptakan – nama tuhan yang dimaksud adalah ALLAH. Maka sejak saat itu bergemuruh dada Rasulullah – qolbu, ruh dan sirrnya – dengan dzikir Allah secara terus menerus sehingga tersingkap segala pengetahuan tentang Allah, seluruh hakikat yang pertama kali diperintahkan yaitu kalau ada yang menanyakan kenap thoriqot itu bermacam-macam kalau memang berasal dari Rasulullah, maka dijawab saja dengan kenapa dalam ilmu fiqih para fuqoha juga bermacam-macam mazhabnya, ada yang bermazhab Maliki, Hanafi, Hambali dan Syafi’i. Beralih ke masalah lain, mbah Ghofur menceritakan tentang salah seorang murid Syekh Mustaqim yaitu mbah Mubin. Suatu hari mbah Taqim memerintahkan mbah Mubin untuk menyelidiki situasi dari negara-negara yang terlibat dalam Perang Dunia berangkatlah mbah Mubin dengan menunggang kuda ke Jerman, Inggris dan Mubin pun pulang dengan segenap informasi yang perlu dan dengan membawa bukti mata uang dari negara yang satu informasi yang disampaikan kepada mbah Taqim adalah bahwa negara Jerman mempunyai bom atom yang disimpan di tempat rahasia dan diletakkan pada kapal mbah Taqim ingin mengetahui wajah Hitler, maka secara batin mbah Mubin memproyeksikan wajah Hitler dan mbah Taqim mengatakan kalau lebih kejam ini terbukti dari kekejaman yang dilakukan Jepang pada masa penjajahan di yang diceritakan pada saat Haul tentang penyiksaan Jepang kepada para kiyai. Bukan itu saja, pernah mbah Taqim disiksa dengan cara diangkat sampai ketinggian kurang lebih 20 m dan langsung dijatuhkan ke bawah. Alhamdulillah, dengan pertolongan Allah, mbah Taqim tidak sampai meninggal dan bahkan diulang-ulang sampai sekitar 27 yang diangkat dan dijatuhkan oleh tentara Jepang itu adalah hanya kaos yang dekenakan mbah Taqim tetapi rasanya seperti mbah Taqim sendiri, sedangkan mbah Taqim sendiri duduk-duduk di lagi salah satu murid Syekh Mustaqim yang mantan anggota PKI yang telah amalan ayat Kursy. Dari amalan itu saja, beliau menjadi alim dan dibukakan kasyfnya oleh Allah, sehingga apa yang dikatakannya biasanya tepat. Teman-temannya sendiri pun tidak ada yang mempercayainya sampai suatu saat ketika truk material batu yang mestinya mengirim ke Pondok terlambat datangnya hingga malam hari sehingga tidak ada tenaga untuk mbah Taqim memerintahkan anak dapur untuk melangsir batu-batu tersebut padahal secara fisik anak dapur kecil-kecil. Kebetulan pada saat itu sang murid itu bersama teman-temannya sowan ke mbah Taqim. Mengetahui hal tersebut beliaunya berkomentar, “Wah, kalau begitu caranya ya cepat selesai”.Teman-temannya tidak ada yang percaya, padahal beliau melihat pada diri setiap anak dapur yang mengangkat batu-batu tersebut dibantu oleh malaikat. Karena temannya tidak percaya, sang murid tersebut memanggil temannya dan memerintahkan mendekatkan telinganya pada telinga sang murid. Seketika kagetlah temannya karena yang didengar dari telinga sang murid tersebut adalah dzikirnya Syekh Mustaqim. Itulah, menurut mbah Ghofur ya memang seperti itulah sufi, insya Allah selalu diberikan keselamatan oleh Allah. Mbah Ghofur juga memesankan bahwa bilamana ada sesuatu pertanda atau mungkin ilham atau apa pun juga harus dihaturkan pada mursyid dan tidak boleh ditafsiri sendiri, karena Beliau pada masa muda dulu pernah mengalami hal tersebut, dimana mbah Ghofur sangat ingin tahu apakah benar Beliau masih keturunannya Mbah Panjalu. Saat berada di maqom Mbah Panjalu, semua yang berziarah di situ disalami oleh Mbah panjalu, tetapi hanya Mbah Ghofur saja yang tidak disalami, tersebut diartikan sendiri oleh mbah Ghofur bahwa beliau masih sangat jauh dari kebaikan, merasa menjadi orang terjahat di dunia sehingga langsung menangis dan istighfar secara luar biasa dalam waktu yang cukup lama. Hal tersebut menjadi pemikiran mbah Ghofur, sampai akhirnya suatu saat Syekh Mustaqim mengetahuinya dan mengatakan memang seharusnyalah hal itu terjadi, karena mbah Ghofur adalah keturunan dari Mbah Panjalu sehingga kalau ke sana seperti ke rumahnya sendiri sehingga tidak disalami, sedangkan yang disalami hanya para tamu. Saatitulah baru memahami apa yang sebenarnya terjadi, tetapi mbah Ghofur tetap merasakan hikmahnya dengan istighfarnya yang luar biasa sungguh-sungguh tersebut. Setelah menerima wejangan, kami semua kembali ke hotel untuk berkemas, setelah sebelumnya menerima bekal garam berasma’.Rencana perjalanan berikutnya adalah silaturahim ke mbah Sukri salah satu murid mbah Taqim yang dikenal dengan kemakbulan doanya, silaturahim ke nDalemnya mbah Ghofur di Mantenan, Blitar, ziarah ke maqom Syekh Abdul Qodir al Kadiri dan langsung pulang menuju Surabaya. Mbah Sukri, satu sosok hamba Allah yang sangat bersahaya, adalah salah satu murid dari Syekh Mustaqim bin Husein yang diberikan oleh Allah kemuliaan yang tampak dalam makbulnya doa beliau. Mantan orang sakti sebelum berthoriqot, tetapi setelah berthoriqot malah tambah luar yang langka untuk bisa bertemu dengan beliau, sehingga seluruh rombongan menghadap satu-satu secara bergiliran mohon didoakan dengan harapan hajatnya tiap orang, biasanya durasi doanya mencapai 10-15 menit, sehingga bisa dihitung sendiri berapa waktu yang diperlukan untuk mendoakan sekitar 32 tinggal mbah Sukri masih di kawasan Tulungagung. nDalem Syekh Abdul Ghofur Mustaqim, terletah di tlatah Blitar tepatnya di Mantenan Kecamatan Udan Awu. Di bagian depan rumah terdapat halaman yang luas, di dinding bagian teras rumah terdapat relief lukisan alam yang terdapat tulisan dalam huruf arab yaitu salah satu hadis Nabi yang artinya tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak. Rumah yang bersih dan tertata bagian belakang terlihat bangunan masjid yang kedamaian dan ketenangan terasa mengaliri seluruh tubuh dan jiwa, khas pancaran rumah seorang auliya’.Dalam pertemuan tersebut mbah Ghofur menceritakan banyak hal di antaranya mengulangi lagi pengalaman mbah Taqim ketika mengalami penyiksaan tentara Jepang dan tentang adu silat dengan salah seorang pendekar ulung di atas lagi oleh mbah Ghofur tentang tidak bolehnya murid mengamalkan seluruh amalan sebelum berthoriqot khususnya di thoriqot Sadziliyah.“Wong Syadziliyah iku samar”, kata Beliau. Tentang Syekh Mustaqim bin Husein, mbah Ghofur menekankan bahwa beliau itu benar-benar mastur – ditutupi oleh Allah kemuliannya hanya dikenal sebagai kiai langgar, sedangkan yang mashur/terkenal yang hebat-hebat malah ditampakkan pada murid-muridnya, sehingga bisa dibalik kalau muridnya saja hebat-hebat apalagi gurunya. Tetapi cerita-cerita itu baru mulai terungkap setelah mbah Taqim meninggal dunia, sebelum itu benar-benar tertutup, tidak banyak yang dulu sebelum berbaiat banyak yang sakti-sakti, sehingga untuk melepas ilmunya banyak yang direndam di tersebut banyak dipertanyakan kiai lainnya yang tidak mengetahui, sehingga sempat ada yang mengatakan sesat. Tetapi mbah Taqim mengatakan kepada mbah Ghofur kalau ditanya untuk apa ke Popoh, disuruh menjawab PIKNIK. Mbah Ghofur juga mengisahkan tentang pengalaman Beliau bersama Gus Dur saat masih menjabat presiden, ketika itu di istana negara didampingi juga oleh Syekh Luqman dan Syekhina Sholahuddin off the record. Ada juga kisah tentang mursyid suatu thoriqot yang mengklaim bahwa mbah Taqim mengambil Thoriqot tersebut di pondok tersebut, padahal sesungguhnya selama 20 hari mbah Taqim di pondok tersebut adalah untuk memindah jin yang mengganggu santri-santri pondok yang suluk. Ada satu kisah lagi yang membuat mbah Taqim sedikit terbuka kewaliyannya. Kisah ini terungkap berawal dari utusan Kyai Dzajuli Ploso, Kediri; ayah Gus Miek almarhum yang bernama Bachtiar yang diutus menemui mbah Ghofur unutuk mengundang mbah Ghofur menghadap Kyai Dzajuli. Ternyata ada kisah tentang abahnya mbah Ghofur, yaitu Syekh Mustaqim bin Husein. Ketika itu Kyai Dzajuli merupakan seseorang yang mashur, termasuk kyai besar pendiri dan pengasuh suatu pondok pesantren di Ploso Kediri. Kyai Dzajuli ketika itu belumlah yakin terhadap thoriqot apalagi terhadap perlunya seorang mursyid, sampai beliau tergerak ketika membaca ayat Qur’an manyahdillahu fahuwal muhtadi, wa manyudhil falan tajidalahu waliyyan mursyidan – siapa yang diberi petunjuk oleh Allah dialah yang mendapat petunjuk; dan siapa yang disesatkan-Nya maka tidak akan mendapatkan seorang waliy yang mursyid. Berarti waliy yang mursyid itu benar-benar ada yaitu seorang wali yang memiliki irsyad, memiliki hak istimewa dari Allah sebagai pewaris Nabi dalam mendidik ruhani manusia, begitu pemikiran Kyai Dzajuli. Lalu siapa yang saat itu menyandang posisi sebagai wali mursyid ?Maka Kyai Dzajuli pun memohon petunjuk Allah melalui shalat istikhoroh. Shalat pertama belum mendapat gambaran apa pun, begitu juga shalat yang kedua sampai keempat kalinya. Baru shalat istikhoroh yang kelima mulai ada gambaran yang samar-samar, yang keenam lebih jelas dan yang ketujuh langsung jelas, ternyata posisi wali yang mursyid disandang oleh mbah Kyai Dzajuli pun segera berangkat ke Kauman Tulungagung untuk menemui mbah kyai besar seperti Kyai Dzajuli disambut dengan takzim oleh mbah Taqim yang tetap Dzajuli mengutarakan niatnya untuk berguru, tetapi mbah Taqim menolaknya dengan alasan tidak pantas hal demikian terjadi, bukankah Kyai Dzajuli adalah kyai besar seharusnyalah mbah Taqim yang berguru kepada Kyai Kyai Dzajuli mengatakan bahwa tidak apa-apa kalau mbah Taqim tidak mau menerima, tapi harus bertanggung jawab kalau Kyai Dzajuli Kyai Dzajuli mengutarakan ayat tersebut di atas, bahwa kalau beliau tidak mempunyai guru mursyid yang wali berarti beliau termasuk yang tersesat. Begitulah akhirnya Kyai Dzajuli pun berbaiat kepada Syekh Mustaqim bin Husein. Kisah-kisah semacam inilah yang baru terbuka setelah meninggalnya mbah Taqim, sebagai bukti bahwa mbah Taqim benar-benar kekasih Allah, seorang yang dicintai oleh Allah, sehingga Allah menutupi kemuliannya karena Allah pun merasa cemburu kalau ada makhlukNya yang sebagian dari pertemuan dengan mbah Ghofur di kediaman Beliau yang kemudian ditutup dengan do’a dari Beliau untuk seluruh Maqom Syekh Abdul Qodir al Kadiri, merupakan persinggahan ziarah berikutnya setelah dari kediaman mbah Ghofur. Terletak di kota Kediri, membaur dan berada di sudut pemakaman umum sehinga tidak tampak bahwa yang dimakamkan di situ adalah salah seorang waliyullah. Nama Syekh Abdul Qodir al Kadiri bisa kita jumpai dalam hadhorot Hizb Asfa’. Selesai ziarah, bertepatan dengan waktu menjelang maghrib dan karena sebenarnya sudah agak lama perut bersabar menuntut jatahnya, maka banyak di antara anggota rombongan langsung bertebaran di berbagai sudut jalan yang bisa dijangkau untuk menghilangkan rasa lapar. Sepiring nasi pecel Kediri dan segelas teh hangat, sungguh sangat nikmat disantap di kala lapar. Benarlah kata orang tua dulu bahawa mangan kuwi lawuhe luwe – makan itu ikannya lapar, karena dalam kondisi lapar, apa pun yang kita makan akan terasa nikmat sehingga lebih terasa syukurnya. Makan setelah kenyang dan berhenti makan sebelum kenyang, begitu Rasulullah mengajarkan. Dari Kediri, rombongan langsung meluncur kembali ke Surabaya dengan sejuta hikmah yang terpatri di dada yang perlu diendapkan, direnungkan dan diejawantahkan dalam rangka mencari keridhoan Allah dunia-akhirat. Sekitar pukul setengah sepuluh malam, rombongan tiba kembali di rumah Bu Wiwik dan langsung menyebar kembali pulang ke kediaman masing-masing. Capek memang, tetapi ada suatu kesegaran ruhani yang semoga juga terpancar dan meyelimuti keluarga di

EntertainmentLirik Lagu High School In Jakarta oleh Niki, Lengkap dengan Terjemah dalam Bahasa Indonesia 6 Agustus 2022, 17:22 WIB. Simak lirik dari lagu berjudul High School In Jakarta yang dinyanyikan oleh Niki, dilengkapi terjemah Bahasa Indonesia.

seorang Mursyid Thariqoh Syaziliyah yang masyhur adalah KH Abdul Jalil Mustaqim, Tulungagung Jawa Timur. Kiai Jalil juga mengasuh pesantren bernama Pesantren PETA Pesulukan Thariqoh Agung, Tulungagung. Ayahnya, Syekh Mustaqim Husein juga seorang sufi besar pada jamannya, juga seorang Mursyid Thariqoh. Suatu hari, ada seorang santri yang gelisah terkait makna zuhud, sehingga santri ini memberanikan diri bertanya Kiai Jalil. “Mbah Kiai, apa yang dimaksud zuhud dalam kitab Ihya Ulumuddin?” tanya santri penuh penasaran. “Kamu belum paham ya?” Kiai Jalil balik bertanya. “Belum, Mbah Kiai,” jawab santri. “Sekarang kamu ke sana. Itu ada bak mandi, kamu isi sampai penuh ya,” perintah Kiai Jalil. “Injeh, Mbah Kiai. Siap!,” jawab santri. Santri itu kemudian mengisi dua bak mandi yang besar itu. Santri itu menimba air dari sumur yang tak jauh dari bak mandi. Karena begitu penasaran dengan makna zuhud, santri ini tidak terasa sudah mengisi secara penuh bak mandi itu. Capek, tentu saja. Tapi itu tak dirasakan sedikitpun oleh santri itu. “Sudah selesai Mbak Kiai. Dua bak mandi sudah penuh semua.” Santri itu melaporkan tugasnya kepada Kiai Jalil. “Kamu capek atau tidak?” tanya Kiai Jalil. “Injeh, Mbah Kiai. Capek, tapi saya senang Mbah Kiai,” jawab santri dengan tetap riang gembira. “Ya sudah. Sekarang kamu mandi dulu ya. Habis mandi, nanti ke rumahku ya,” tegas Kiai Jalil. “Injeh, Mbah. Nderek Dawuh,” jawab santri. Karena merasakan capek yang sangat, santri itu bergegas mandi ingin menikmati segarnya air yang sudah diambil dari sumur. Begitu nikmat ia mandi, sehingga ia tersadar untuk segera sowan Mbah Kiai. Setelah ganti baju yang pantas, santri itu bergegas sowan kepada Mbah Kiai. “Sudah rampung mandinya?” “Sudah Mbah Kiai.” Jawab santri dengan gembira. “Airnya kamu habiskan?” tanya Kiai Jalil. “Ya tidak, Mbah Kiai. Saya gunakan secukupnya saja.” Jawab santri. “Itulah zuhud wahai santriku. Carilah harta sebanyak-banyak, tapi gunakan harta itu secukupnya saja. Sisanya biar dimanfaatkan untuk keperluan orang lain.” Tegas Mbah Kiai Jalil dengan sederhana. Santri itu kaget dan terpana dengan jawaban sederhana dari mbah kiai yang sangat dihormatinya itu. Tanpa perlu dalil-dalil dan ayat2, Mbah Kiai Jalil memberikan jawaban yang sangat tepat bagi santri itu. Itulah ciri khas ulama’ Indonesia. Mereka mampu menerjemahkan ajaran Islam dengan penjelasan sederhana, tetapi maknanya sangat dalam dan sangat cocok dengan kondisi masyarakat. Inilah ilmu warisan para ulama yang terus mengalir kepada umat Islam Indonesia sampai saat ini. Editor Setyanegara Post Views 321 Tags abdul jalil mustaqim, Kyai Jalil, zuhudJune 16, 2023Tanggapan Aliansi Rakyat Maluku Selatan Terhadap Pernyataan PM Belanda Mark RutteJune 16, 2023Prediksi Revolusi Rakyat Akan Berawal Dari Mahkamah AgungJune 15, 2023Melawan Atau Jadi JongosJune 15, 2023Politik Negara Apa Masih Ada?June 14, 2023Koreksi UUD 2002 Hasil Amandemen Dengan Pokok-Pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945June 14, 2023Kita Butuh Pemimpin BeraniJune 14, 2023Ubed Cabut Pengaduan KPK Kasus Gibran-Kaesang?June 14, 2023Bu Megawati PDI-P Akan Buat Kejutan Besar Untuk Anies BaswedanJune 13, 2023PDIP Masihkah Milik Trah Soekarno?June 13, 2023Negara Kembali Ke UUD 1945

SholahuddinAbdul Jalil Mustaqim Desember 07, 2013 بسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اَلْفَاتِحَةُ ِللهِ تَعَالٰى. إِلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفٰى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ..

jcat.
  • y3harpgu1m.pages.dev/487
  • y3harpgu1m.pages.dev/380
  • y3harpgu1m.pages.dev/137
  • y3harpgu1m.pages.dev/472
  • y3harpgu1m.pages.dev/930
  • y3harpgu1m.pages.dev/177
  • y3harpgu1m.pages.dev/23
  • y3harpgu1m.pages.dev/308
  • y3harpgu1m.pages.dev/423
  • y3harpgu1m.pages.dev/267
  • y3harpgu1m.pages.dev/672
  • y3harpgu1m.pages.dev/536
  • y3harpgu1m.pages.dev/755
  • y3harpgu1m.pages.dev/747
  • y3harpgu1m.pages.dev/610
  • syekh sholahuddin abdul jalil mustaqim